MENANTI DOA TERKABUL

Allah, telah mengabulkan semua doaku, walaupun dengan doa yang aku sendiri merasa tidak sungguh-sungguh. Hanya setelah selesai shalat fardu.
Aku telah mendapatkan 1 orang bidadari di Dunia yaitu istriku, dan 1 orang peri kecil Ukhti.
Rasanya Allah sudah memberikan semua. Udara yang tidak akan tergantikan. Kesehatan yang di berikannya yang tidak akan bisa di tandingin dengan uang setumpuk, dan masih banyak yang bila di jabarkan disini bisa beratus-ratus lembar.
Tapi ada yang masih mengganjal, rasanya sesak di perut, dan ternyata setelah diselidiki. Lemak di perut udah nambah aja. Terbukti dengan ikat pinggang yang semula saat beli ikat pinggang masih tersisa 1 lubang, tapi sekarang sudah terlihat 2 lubang yang tersisa.

Sekarang mulai lagi bertambah do’a ku di setiap selesai shalat,

“Allah, Turunkan berat badanku. Tapi aku ga ingin Engkau mengabulkan dengan sakit. Karena sakit akan mengganggu aktifitasku yang lain, Karena ku rasakan Nikmat sakit terasa ga nyaman, semua rutinitas jadi terganggu, walau dengan sakit itu Engkau memberi tahuku, bahwa itulah saatnya aku mensyukuri nikmat sehat”.

Sudah ada planning buat beli sepeda, ke kantor pake sepeda pikirku, bisa juga buat nurunin berat badan, rasanya seperti ini lah yang ku inginkan dalam bila do’ku.

Dan, aku merasa do’a ku tentang berat badan belum terkabul, sekarang dengan kekuasaanmu Engkau memberikan cobaan yang lain, motor ku yang menemani aktifitasku akhir-akhir ini jadi sering mogok, terpaksa harus mendorong, terganggu lagi aktifitasku, akhirnya nambah lagi aktifitas “mendorong motor”.

“Ya Allah, sekarang aku tahu maksudmu, Engkau telah mengabulkan Do’a ku  untuk ngurangin berat  badanku, “Mendorong Motor” udah jelas menguras tenaga, dan bakal membakar lemak tubuh, ini lah cara Engkau mengabulkan do’a ku. Astagfirullah, Maafkan aku ya Allah karena telah berburuk sangka padaMu, Engkau telah memberi apa yang aku minta dengan cara Mu, karena Engkau yang maha tahu apa yang terbaik untukku”

“Allah, tetapkan dalam hatiku untuk selalu Ingat padaMu, untuk selalu beserah diri padaMu, untuk menyandarkan segala sesuatu padaMu, untuk meminta apapun kepadaMu, apapun. Maafkan Aku. Astagfirullah.

“Allah akan mengabulkan do’a kita disaat kita siap, teruslah berdo’a kepada Allah, Walaupun do’a untuk mengembalikan pena yang hilang, jodoh yang tak kunjung datang, Keturunan, menghilangkan rasa lelah di pundak, batrai Hp udah low, sinyak ga ada, pulsa ga punya, bahkan hal yang paling kecil sekalipun yang kita anggap kita bisa lalukan sendiri, minta semua pada Allah, karena hanya pada Allah kita bergantung, Allah akan mengabulkan permintaan kita saat kita siap.

TENTANG CINTA

Cinta, di banyak waktu dan peristiwa orang selalu berbeda mengartikannya. Tak ada yang salah, tapi tak ada juga yang benar sempurna penafsirannya. Karena cinta selalu berkembang, ia seperti udara yang mengisi  ruang kosong. Cinta juga seperti air yang mengalir ke dataran yang lebih rendah.

Tapi ada satu yang bisa kita sepakati bersama tentang cinta. Bahwa cinta, akan membawa sesuatu menjadi
lebih baik, membawa kita untuk berbuat lebih sempurna. Mengajarkan pada kita betapa, besar kekuatan yang dihasilkannya. Cinta membuat dunia yang penat dan bising ini terasa indah, paling tidak bisa kita
nikmati dengan cinta.

Cinta mengajarkan pada kita, bagaimana caranya harus berlaku jujur dan berkorban, berjuang dan menerima, memberi dan mempertahankan. Bandung Bondowoso tak tanggung-tanggung membangunkan seluruh jin dari tidurnya dan menegakkan seribu candi untuk Lorojonggrang seorang. Sakuriang tak kalah dahsyatnya, diukirnya tanah menjadi sebuah telaga dengan perahu yang megah dalam semalam demi Dayang Sumbi  terkasih yang ternyata ibu sendiri. Tajmahal yang indah di India, di setiap jengkal marmer bangunannya  terpahat nama kekasih buah hati sang raja juga terbangun karena cinta. Bisa jadi, semua kisah besar dunia, berawal dari cinta.

Cinta adalah kaki-kaki yang melangkah membangun samudera kebaikan. Cinta adalah tangan-tangan yang merajut hamparan permadani kasih sayang. Cinta adalah hati yang selalu berharap dan mewujudkan dunia dan kehidupan yang lebih baik. Dan Islam tidak saja mengagungkan cinta tapi memberikan contoh kongkrit dalam kehidupan. Lewat kehidupan manusia mulia, Rasulullah tercinta.

Ada sebuah kisah tentang totalitas cinta yang dicontohkan Allah lewat kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, meski langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta  kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku." Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar.

Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa. Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membukan mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak di kenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.

Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata jibril. Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh
kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril. Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Lirih Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat niat maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku."

Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malaikat aimanukum, peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah diantaramu." Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali  mendekatkan telingan ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii?" Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia itu. Kini, mampukah kita mencinta sepertinya?