Kritik Pendapatnya Namun Tetap Hormati Orangnya

Betapa indahnya sebuah perkataan,

انتقد القول ولكن احترم القائل فـإن مهنتنا أن تقضي على المرض وليس المريض

“Kritiklah pendapatnya namun tetap hormati orangnya, karena tugas kita adalah menyingkirkan penyakit bukan menyingkirkan orangnya”[1]

Mungkin yang bisa menjadi intropeksi kita bersama:

1. Tidak mencaci-maki dan menghina orangnya apalagi dia seorang muslim [2]

2. Walaupun berbeda pendapat tetapi tetap bisa bersaudara, sebagaimana perkataan Imam Asy-Syafi’i[3]

Karena prinsip dakwah adalah hanya menyampaikan, jika diterima alhamdulillah jika ditolak maka dia masih saudara kita, perlu didoakan jika memang yang kita bawa adalah kebaikan

3. Bisa jadi kesalahannya hanya beberapa perkara dan itu udzur baginya serta tidak ada manusia yang luput dari kesalahan

Kita yang mengkritikpun bisa jadi kesalahan kita lebih banyak dari dia, hanya saja Allah menyembunyikan kesalahan-kesalahan kita. Jadi renungkanlah ketika akan mencela orangya.

4. Bisa jadi yang dikritik lebih mulia kedudukannya di sisi Allah

5. Bisa jadi niat kita mengkritik bukan untuk menasehati, akan tetapi karena rasa hasad kita untuk menjatuhkan saudara kita

6. Jika bisa dilakukan empat mata, maka sebaiknya demikian dan kurang bijaksana jika mengkritiknya di depan publik, media sosial dan tempat umum[4]

Karena bisa jadi ia menerima dan mengaku salah tetapi gengsi menerimanya karena martabatnya sudah dijatuhkan dahulu atau malu terlihat kalah di depan orang banyak, tentu bukan ini tujuan kita.

7. Sebaiknya kritik dilakukan oleh mereka yang sudah berilmu dan pengetahuannya luas

Adapun pemula sebaiknya jangan, nanti malam memicu perdebatan dan saling ngotot tanpa dasar ilmu.

 Selengkapnya ا:

https://muslimafiyah.com/kritik-pendapatnya-namun-tetap-hormati-orangnya.html

Penyusun: Raehanul Bahraen

__
Telegram (klik): bit.ly/muslimafiyah
Broadcast WA muslimafiyah: 0895351217650
(Simpan nomornya, Kirim Pesan via WA ا:
[Nama Lengkap-Kota-SM]

Membiasakan Memulai Dengan “Bismillah”

Hendaknya kita membiasakan diri memulai aktifitas kita dengan bacaan basmalah, misalnya mulai memperbaiki laptop, menulis surat, menyusui anak dan lain-lain. Kita juga membiasakan membaca doa-doa keseharian yang ada tuntunannya dalam syariat.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

كل أمر ذي بال لا يبدأ فيه بـ ” بسم الله ” فهو أبتر ” ، أي: ناقص البركة.

“Setiap perkara (kehidupan)  yang tidak dimulai dengan BISMILLAH, maka dia akan terputus. Artinya adalah kurang barakahnya”[1]

Mengenai takhrij hadits ini syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullahberkata,

جاء هذا الحديث من طريقين أو أكثر عند ابن حبان وغيره، وقد ضعفه بعض أهل العلم والأقرب أنه من باب الحسن لغيره، وبالله التوفيق.

“hadits ini mempunyai dua jalur atau lebih periwayatan oleh Ibnu Hibban dan yang lainnya, sebagian ulama mendhaifkannya dan yang lebih tepat adalah derajatnya hasan lighairihi.”[2]

 Syaikh shalih Al-Fauzan hafidzahullah berkata,

والحكمة في البدء ببسم الله الرحمن الرحيم التبرك بها لأنها كلمة مباركة فإذا ذكرت في أول الكتاب أو في أول الرسالة تكون بركة عليه. أما الكتب أو الرسائل التي لا تبدأ ببسم الله الرحمن الرحيم فإنها تكون ناقصة لا خير فيها، ومن ناحية أخرى بسم الله الرحمن الرحيم فيها الاستعانة بالله جل وعلا

“Hikmah yang tersimpan dalam mengawali perbuatan dengan bismillahirrahmaanirraahiim adalah demi mencari barakah dengan membacanya. Karena ucapan ini adalah kalimat yang berbarakah, sehingga apabila disebutkan di permulaan kitab atau di awal risalah maka hal itu akan membuahkan barakah baginya. Selain itu di dalamnya juga terdapat permohonan pertolongan kepada Allah ta’ala” [3]

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang membaca:

بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الأَرْضِ وَلا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Dengan menyebut nama Allah yang tidak akan bisa memudharatkan bersama nama-Nya segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,” pada setiap hari di waktu shubuh dan sore sebanyak tiga kali maka tidak akan memudharatkan baginya sesuatu apa pun.”[4]

 Bahkan beberapa keadaan atau beberapa ibadah dikaitkan dengan bacaan basmalah:

-ketika makan, jika tidak membaca maka setan ikut makan bersama kita

Dari Aisyah radhiallahu ‘anhaberkata: “Telah bersabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam,

إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ طَعَامًا فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّهِ فَإِنْ نَسِيَ فِي أَوَّلِهِ فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللَّهِ فِي أَوَّلِهِ وَآخِرِهِ

“Bila salah seorang diantara kalian makan maka hendaknya ia mengucapkan bismillah, bila ia lupa diawalnya, maka hendaknya ia membaca bismillah fi awwalihi wa akhirihi.”[5]



-ketika berhubungan badan, jika tidak dibaca, maka setan ikut bersama kita

Dari shahabat Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata: “Berkata Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, “Bila salah seorang diantara kalian menggauli istrinya, hendaknya ia berdo’a:

بِسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا

“Dengan menyebut nama Allah, Ya Allah, jauhkanlah setan dari kami dan jauhkanlah setan dari apa yang engkau rizkikan kepada kami.”
Bila Allah subhanahu wata’ala memberikan karunia anak kepadanya maka setan tidak akan mampu memudharatkannya.”[6]

-ketika meyembelih, jika tidak dibaca maka sembelihan menjadi haram

Allah Ta’ala berfirman,

وَلاَ تَأْكُلُواْ مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللّهِ عَلَيْهِ

“Dan janganlah kalian makan hewan yang tidak disebut nama Allah atasnya.” (Al-An’am: 121)

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

فَلْيَذْبَحْ عَلَى اسْمِ اللَّهِ

“Hendaknya menyembelih dengan (menyebut) nama Allah (basmalah).”[7]

 -ketika tidur

Dari shahabat Hudzaifah radhiallahu ‘anhu berkata, “Kebiasaan (sunnah) Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam ketika hendak tidur, beliau membaca:

بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَمُوتُ وَأَحْيَا

“Dengan menyebut nama-Mu Ya Allah, aku mati dan aku hidup.”[8]

-ketika keluar rumah

Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu berkata, “Sesungguhnya Nabi shalallahu ‘alaihi wasallambersabda, “Bila seseorang keluar dari rumahnya, lalu ia membaca:

بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ

“Dengan nama Allah, aku bertawakkal hanya kepada Allah, tiada daya dan upaya kecuali dengan izin Allah.”
Maka dikatakan padanya: “Engkau telah mendapat petunjuk, engkau tercukupi dan engkau telah terjaga (terbentengi),” sehingga para setan lari darinya. Setan yang lain berkata: “Bagaimana urusanmu dengan seseorang yang telah mendapat petunjuk, tercukupi, dan terbentengi?!”[9]


-Ketika masuk WC/Toilet

Dari shahabat Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu berkata: “Sesungguhnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallambersabda,

سَتْرُ مَا بَيْنَ أَعْيُنِ الْجِنِّ وَعَوْرَاتِ بَنِي آدَمَ إِذَا دَخَلَ أَحَدُهُمْ الْخَلاَءَ أَنْ يَقُولَ بِسْمِ اللَّهِ

“Penutup antara pandangan-pandangan jin dengan aurat bani Adam ketika seseorang masuk wc adalah membaca basmalah.” [10]

Penyusun: Raehanul Bahraen

Artikel www.muslimafiyah.com

 [1] HR. Ibnu HIbban
[2] Sumber: http://www.binbaz.org.sa/mat/3347
Syarh Kitab Kasyfu Syubuhaat,Program Maktabah salafiyah[3]
[4]  HR. At Tirmidzi no. 3310, dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani
[5] HR. At Tirmidzi no. 1781, dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani
HR. At Tirmidzi no. 1012 [6]
[7] HR. Al Bukhari no.5500
HR. Al Bukhari no. 6334, dan Muslim no. 2711 [8]
[9] HR. Abu Dawud no. 4431
[10] HR. At Tirmidzi no. 551, dan dishahihkan oleh As Syaikh Al Albani

Telegram (klik): bit.ly/muslimafiyah
Broadcast WA muslimafiyah: 0895351217650
(Simpan nomornya, Kirim Pesan via WA ا:
[Nama Lengkap-Kota-SM]
Direkap tiap hari Ahad)

Nikmat Aman Lebih Baik Dari Nikmat Sehat

Berikut sedikit renungan bagi kita bahwa nikmat kita sekarang sangat banyak, nikmat sehat dan yang paling penting nikmat rasa aman. Kita mendapat semuanya akan tetapi saudara kita di Suriah tidak mendapatkannnya terutama rasa aman.

Dalam hadist dijelaskan bahwa ada dua nikmat yang sering kita lalaikan yaitu kenikmatan sehat dan waktu luang .

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

“Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang” (HR. Bukhari no. 6412)

Akan tetapi nikmat yang paling nikmat adalah adanya rasa aman, oleh karena itu Allah menyebutkan bahwa ujian yang disebutkan pertama kali adalah ujian rasa takut (yang sedikit), sebagaimana yang disebutkan dalam firman AllahTa’ala,

وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit [1] ketakutan, [2] kelaparan, [4]kekurangan harta, [5] jiwa, dan buah-buahan”. (al-Baqarah: 155)

Rasa Aman lebih baik dari nikmat sehat dan waktu luang. Ar-razirahimahullah berkata,

سئل بعض العلماء: الأمن أفضل أم الصحة؟ فقال: الأمن أفضل، والدليل عليه أن شاة لو انكسرت رجلها فإنها تصح بعد زمان ولو أنها ربطت في موضع وربط بالقرب منها ذئب فإنها تمسك عن العلف ولا تتناوله إلى أن تموت، وذلك يدل على أن الضرر الحاصل من الخوف أشد من الضرر الحاصل من ألم الجَسَد”

“Sebagian ulama ditanya, apakah rasa aman lebih baik dari kesehatan? Maka jawabannya rasa aman labih baik. Dalilnya adalah seandainya kambing kakiknya patah maka akan sembuh beberapa waktu lagi… kemudian seandainya kambing diikat pada usatu tempat dekat dengan serigala, maka ia tidak akan makan sampai mati. Hal ini menunjukkah bahwa bahaya yang akibat rasa takut lebih besar daripada rasa sakit di badan.” (Tafsri al-Kabir 19/107)

Kita harus banyak bersyukur karena semua nikmat ini ada pada diri kita, karena ada tiga pokok kenikmatan yaitu sehat, aman dan ada makanan.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda,

مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ مُعَافًى فِي جَسَدِهِ آمِنًا فِي سِرْبِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا

“Barangsiapa di antara kamu masuk pada waktu pagi dalam keadaan [1] sehat badannya,[2] aman pada keluarganya, dia [3]memiliki makanan pokoknya pada hari itu, maka seolah-olah seluruh dunia dikumpulkan untuknya.” (HR. Ibnu Majah, no: 4141, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shahih Al-Jami’ush Shaghir no. 5918)


Penyusun:  dr. Raehanul Bahraen

Artikel www.muslimafiyah.com


__
Telegram (klik): bit.ly/muslimafiyah
Broadcast WA muslimafiyah: 0895351217650
(Simpan nomornya, Kirim Pesan via WA ا:
[Nama Lengkap-Kota-SM]
Direkap tiap hari Ahad)

Shahih Fiqih: 📎 RENUNGILAH SAAT AKAN BEPERGIAN



Saudaraku, sebelum engkau melangkahkan kakimu, renungilah hadits ini..

🍃 Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :

إذا أراد الله قبض عبد بأرض جعل له إليها حاجة

"Sesungguhnya jika Allah menghendaki untuk mencabut nyawa seorang hamba di suatu tempat, maka Allah jadikan hamba itu memiliki keperluan di tempat tersebut." (HR. Al-Hakim dan Bukhori dalam adab al mufrad, shahih oleh Al-Albani)

Subhanallah, kita tidak tahu, bisa jadi Allah Ta’ala berkehendak mencabut nyawa kita ditempat yang kita tuju.. bisa jadi perginya kita kesuatu tempat adalah tempat dicabutnya nyawa kita..

🔴 Apa jadinya jika tempat yang kita tuju adalah tempat yang syarat akan maksiat?

📌 Maka perbaiki hatimu, perbaiki tujuan-tujuanmu dalam melangkah.. perbanyaklah menuju tempat-tempat yang Allah berkahi, yang Allah cintai  masjid, mushola, majlis Ilmu, dan lain sebagainya..

🔴 Bagimu wahai saudaraku yang masih gemar plesiran mengeluarkan uang hanya untuk sekedar senang-senang ke negeri-negeri non islam (kafir), maka perbaikilah tujuanmu, carilah tempat-tempat tujuan yang Allah berkahi seperti melakukan perjalanan umroh ke tanah suci Mekkah dan Madinah..


Semoga Allah mudahkan kita untuk mendapatkan akhir penutup khusnul khatimah di tempat-tempat yang Allah Ta'ala cintai...

________

✍ Penyusun | Abdullah bin Suyitno (عبدالله بن صيتن) 

📝 Ditulis 20 Rabbi'ul Tsani 1438 H / 19 Januari 2017

🌍 Web | shahihfiqih.com/tazkiyatun-nafz/renungilah-saat-akan-bepergian/

🌐 Telegram : ShahihFiqih  
➡ Klik bit.ly/1S3K8sW  
  
📱 Instagram : @ShahihFiqih   
➡ Klik Instagram.com/ShahihFiqih

Jalan ke surga hanyalah jalan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Maka jangan sampai salah jalan.

Ketika kita sedang dijalanan mungkin kita akan jumpa seorang perempuan mengenakan rok mini, kain yang menutupi bagian pahanya sejengkal diatas lutut, jelas berpakaian seperti ini terlarang secara syariat, apa yang dilakukannya mendatangkan syahwat, dan yang pasti adalah dosa mengumbar aurat didepan khalayak, dilihat banyak pasang mata lelaki yang bukan mahramnya,  tetapi yakinlah bahwa jika wanita itu ditanya "apakah anda mau masuk surga?", pastilah wanita itu menjawab dengan lugas ," iya!, saya mau masuk surga".
Seorang lelaki yang tiap malam "jajan" di sebuah lokalisasi, berzina dengan berganti-ganti wanita dan minum minuman keras tiap malam, telah banyak dosa yang dia telah perbuat, namun ketika ditanya "apakah anda mau masuk surga?", niscaya dia akan menjawab dengan tegas, " iya!, saya ingin masuk surga".
Seorang pejabat yang dirasuki syahwat ingin mengeruk kekayaan sebanyak-banyaknya dengan berbagai cara selagi dia masih punya jabatan termasuk dengan jalan korupsi, mengorbankan kepentingan banyak orang asal dirinya mendapat keuntungan, hal itu mendatangkan dosa baginya karena telah berbuat dzalim dan tidak bersikap amanah atas tanggung jawab yang diembankan pada dirinya, namun ketika di tanya "apakah anda mau masuk surga?", niscaya dia akan menjawab, " iyak!, saya ingin masuk surga".

Ketahuilah bahwa mereka dengan segala perbuatan  dosanya namun sangat menginginkan surga adalah orang yang telah tertipu bisikan iblis. Apa yang dikerjakannya dengan keinginannya masuk surga tidak ada kesesuaian, ia ingin masuk surga namun jalan yang ditempuhnya sedang mengarah ke neraka. Ibarat ada seseorang berencana pergi ke Bukittinggi namun ketika dipersimpangan jalan, ada penunjuk arah kekanan ke Pekanbaru dan jalan kekiri ke Bukittinggi, justru dia ambil jalan ke kanan, ketika di perjalanan ditanya oleh orang lain,"anda mau pergi kemana?," lalu dia menjawab "saya akan pergi ke Bukittinggi", padahal dia sedang berjalan menuju ke Pekanbaru, artinya keinginan dengan perbuatan yang dilakukannya tidak sesuai.
Ketahuilah jika anda ingin menuju ke surga maka ikuti jalan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, karena hanya beliaulah yang paling tau jalan ke surga, sementara jalan-jalan yang menyelisihi adalah jalan kesesatan.
Waallahua'lam.

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata:

خَطَّ لَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا بِيَدِهِ ثُمَّ قَالَ: هَذَا سَبِيْلُ اللهِ مُسْتَقِيْمًا وَخَطَّ خُطُوْطًا عَنْ يَمِيْنِهِ وَشِمَالِهِ، ثُمَّ قَالَ: هَذِهِ سُبُلٌ (مُتَفَرِّقَةٌ) لَيْسَ مِنْهَا سَبِيْلٌ إِلاَّ عَلَيْهِ شَيْطَانٌ يَدْعُوْ إِلَيْهِ، ثُمَّ قَرَأَ قَوْلَهُ تَعَالَى

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat garis dengan tangannya kemudian bersabda: ‘Ini jalan Allah yang lurus.’ Lalu beliau membuat garis-garis di kanan kirinya, kemudian bersabda: ‘Ini adalah jalan-jalan yang bercerai-berai (sesat) tak satu pun dari jalan-jalan ini kecuali di dalamnya terdapat syaitan yang menyeru kepadanya.’ Selanjutnya beliau membaca firman Allah Jalla wa ’Ala: ‘Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan oleh Allah kepadamu agar kamu bertaqwa.’” [Al-An’aam: 153]( Hadits shahih riwayat Ahmad (I/435, 465), ad-Darimy (I/67-68), al-Hakim (II/318), Syarhus Sunnah oleh Imam al-Baghawy (no. 97), dihasankan oleh Syaikh al-Albany dalam as-Sunnah libni Abi Ashim (no. 17), Tafsir an-Nasaa’i (no. 194). Adapun tambahan (mutafarriqatun) diriwayatkan oleh Imam Ahmad (I/435).)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Artinya : Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahan-nam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” [An-Nisaa’: 115]

Dikutip dari

Ustadz Maududi Abdullah Lc.,
 Referensi dr Al manhaj.Com

# Islam Akan Kembali Asing, Tetapi Tidak Juga Sengaja Terlihat Asing dan Mengasingkan Diri

Mungkin ada yang salah paham dengan hadits bahwa Islam kelak akan terlihat kembali asing sebagaimana awalnya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ

“Islam datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing. Sungguh beruntungnlah orang yang asing” (HR. Muslim no. 145).

Memang benar di akhirnya nanti akan kembali asing, karena sunnah dan ajaran Islam yang mulai terkikis dan tidak terbiasa di masyarakat, sebagaimana dijelaskan oleh Imam An-Nawawi dari penjelasan Al-Qadhi Iyadh[1]

Akan tetapi bukan berarti kita sengaja terlihat asing dan megasingkan diri, sehingga kita terlihat menjauh dari masyarakat dan bisa jadi orang yang belum paham sunnah dan syariat malah menjauh dari kita. Bahkan kita diperintahkan disunnahkan agar mencocoki/menyesuaikan dengan adat setempat selama tidak menyelisihi syariat serta berbaur dan bermasyarakat, sebagaimana penjelasan ulama[2]

Contoh penerapannya:

-Ajaran agar tidak Isbal (pakaian di bawah mata kaki), sunnahnya memang setengah betis, akan tetapi jika masyarakat belum menerima (misalnya di kantor), maka bisa diturunkan sedikit potongannya, yang penting tidak dibawah mata kaki. Nanti kalau ikut pengajian baru terapkan sunnah tersebut

-Untuk pakaian gamis (bagi yang memilih ini adalah sunnah), jika masyarakat belum biasa, maka tidak mengapa menggunakan sarung, baju koko dan kopiah hitam ketika ke masjid. Jika masyarakat sudah biasa, maka tidak apa-apa

Maaf, mohon dipertimbangkan jika ke kampus umum (mau kuliah) atau ke kantor memakai pakaian gamis (pakistan) dan celana yang potongannya setengah betis (jika mereka sudah menerima tidak masalah), adapun kami lebih memilih memakai pakaian batik nusantara dan semisalnya

-Demikian juga jika ada acara-acara mubah bermanfaat di kampung atau tempatnya, misalnya kerja bakti, gotong royong atau rapat RT, maka dia yang paling semangat menghadiri jika memang tidak pernah hadir dalam acara yasinan dan tahlilan

-Bagi wanita tidak mesti memakai hijab dan jilbab hitam-hitam terus, bisa memakai warna lainnya asalkan tidak mencolok sekali dan mengundang perhatian. ‘Aisyah pernah memakai pakaian celupan ‘ushfur berwarna merah dan ada sahabat wanita yang memakai berwarna hijau.[3]

-Dan masih banyak contoh lainnya, memang perlu belajar banyak dan ilmu untuk mengetahui hal ini

Bahkan kita perlu berhati-hati agar tidak terjerumus dalam pakaian syuhrah, yaitu terlihat mencolok sekali berbeda dengan orang sekitarnya dan bisa menimbulkan rasa sombong (bisa jadi mungkin sombong karena sudah hebat bisa melaksanakan sunnah)[4]

Demikian semoga bermanfaat



@Laboratorium RS Manambai, Sumbawa Besar –  Sabalong Samalewa

Penyusun: Raehanul Bahraen

Artikel www.muslimafiyah.com



[1] Berikut penjelasannya:

أَنَّ الإِسْلام بَدَأَ فِي آحَاد مِنْ النَّاس وَقِلَّة ، ثُمَّ اِنْتَشَرَ وَظَهَرَ ، ثُمَّ سَيَلْحَقُهُ النَّقْص وَالإِخْلال ، حَتَّى لا يَبْقَى إِلا فِي آحَاد وَقِلَّة أَيْضًا كَمَا بَدَأَ

“Islam dimulai oleh segelintir orang dari sedikitnya manusia. Kemudian Islam menyebar dan menampakkan kebesarannya. Kemudian keadaannya akan kembali surut. Sampai Islam (dan sunnah berada di dalam keterasingan kembali) dan ada pada segelintir orang dari sedikitnya manusia pula sebagaimana awalanya. ” (Syarh Shahih Muslim, 2: 177, syamilah)

[2] Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin berkata,

أن موافقة العادات في غير المحرم هي السنة؛ لأن مخالفة العادات تجعل ذلك شهرة، والنبي صلّى الله عليه وسلّم نهى عن لباس الشهرة ، فيكون ما خالف العادة منهياً عنه.

“Mencocoki/menyesuaikan kebiasaan masyarakat dalam hal yang bukan keharaman adalah disunnahkan. Karena menyelisihi kebiasaan yang ada berarti menjadi hal yang syuhroh (suatu yang tampil beda). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang berpakaian syuhroh. Jadi sesuatu yang menyelishi kebiasaan masyarakat setempat, itu terlarang dilakukan. (Syarhul Mumti’ 6/109, syamilah)

[3] Misalnya hadits berikut:

عَنْ عِكْرِمَةَ أَنَّ رِفَاعَةَ طَلَّقَ امْرَأَتَهُ فَتَزَوَّجَهَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ الزَّبِيرِ الْقُرَظِيُّ قَالَتْ عَائِشَةُ وَعَلَيْهَا خِمَارٌ أَخْضَرُ فَشَكَتْ إِلَيْهَا وَأَرَتْهَا خُضْرَةً بِجِلْدِهَا فَلَمَّا جَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالنِّسَاءُ يَنْصُرُ بَعْضُهُنَّ بَعْضًا قَالَتْ عَائِشَةُ مَا رَأَيْتُ مِثْلَ مَا يَلْقَى الْمُؤْمِنَاتُ لَجِلْدُهَا أَشَدُّ خُضْرَةً مِنْ ثَوْبِهَا

Dari Ikrimah, Rifa’ah menceraikan istrinya yang kemudian dinikahi oleh Abdurrahman bin az Zubair. Aisyah mengatakan, “Bekas istri rifa’ah itu memiliki kerudung yang berwarna hijau. Perempuan tersebut mengadukan dan memperlihatkan kulitnya yang berwarna hijau. Ketika Rasulullah tiba, Aisyah mengatakan, Aku belum pernah melihat semisal yang dialami oleh perempuan mukminah ini. Sungguh kulitnya lebih hijau dari pada pakaiannya.” (HR. Bukhari no. 5377)

[4] Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ لَبِسَ ثَوْبَ شُهْرَةٍ أَلْبَسَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثَوْبًا مِثْلَهُ

“Barangsiapa memakai pakaian syuhroh, niscaya Allah akan memakaikan kepadanya pakaian semisal pada hari kiamat” (HR. Abu Daud, hasan)


https://muslimafiyah.com/islam-akan-kembali-asing-tetapi-tidak-juga-sengaja-terlihat-asing-dan-mengasingkan-diri.html


__
Telegram (klik): bit.ly/muslimafiyah
Broadcast WA muslimafiyah: 0895351217650
(Simpan nomornya, Kirim Pesan via WA ا:
[Nama Lengkap-Kota-SM]
Direkap tiap hari Ahad)

# Tiga Tanda Kebahagiaan dalam Pelajaran TAUHID

-Tujuan orang hidup semua sama, siapapun dia, di manapun, apapun usahanya, apapun pemikirannya yaitu mencari kebahagiaan

-Hanya saja patokan kebahagiaan itu berbeda-beda. Ada yang bahagia dengan mengumpulkan dan menumpuk harta, ada yang bahagia menjadi artis bahkan kebahagiaan yang kita rasa aneh, misalnya bahagia menjadi waria yang “centil” dipinggir jalan

-Karenanya Islam memberikan patokan yang sangat sederhana untuk bisa bahagia

-TAUHID mengajarkan prinsip bahagia yang sederhana, syaikh Muhammad At-Tamimi menjelaskan,

إذا أعطى شكر، وإذا ابتلي صبر، وإذ أذنب استغفر، فإن هؤلاء الثلاث عنوان السعادة

[1] Jika diberi kenikmatan maka ia bersyukur

[2] Jjika diuji dengan ditimpa musibah ia bersabar

[3] dan jika melakukan dosa ia beristigfar (bertaubat).

Tiga hal ini adalah tanda kebahagiaan.”[1]



-Semuanya bisa bahagia, kaya-miskin, tua-muda, rakyat-pejabat, karena Allah maha Adil. Kebahagiaan itu di hati, bukan di harta ataupun dunia di tangan manusia

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

“Yang namanya kaya (ghina’) bukanlah dengan banyaknya harta (atau banyaknya kemewahan dunia). Namun yang namanya ghina’ adalah hati yang selalu merasa cukup.”[2]

-Dalam Kitab TAUHID Al-Ushul As-Atsalatsah dijelaskan hakikat hidup adalah sebagaimana dalam surat Al-Ashr[3]

[1] saling menasehati kebenaran

[2] Saling menasehati akan kesabaran

-Imam Syafi’i  rahimahullahmenjelaskan bahwa seandainya Allah hanya menurunkan surat Al-Ashr saja, maka sudah mencukupi bagi manusia, beliau berkata:

لو ما أنزل الله حجة على خلقه إلا هذه السورة لكفتهم

“Seandainya Allah hanya menurunkan surat ini saja sebagai hujjah buat makhlukNya, sungguh telah mencukupi mereka.”[4]

-Akan tetapi perlu diperhatikan benar bahwa kebahagiaan bisa jadi kebahagiaan yang semu, ini yang dinamakan ISTIDRAJ, yaitu Allah berikan dunia dan kenikmatan pada dia, padahal hakikatnya Allah sudah tidak peduli kepadanya dan di akhirat akan mendapat siksaan yang pedih

Sebagaimana makna makar dalam ayat berikut

أَفَأَمِنُواْ مَكْرَ اللّهِ فَلاَ يَأْمَنُ مَكْرَ اللّهِ إِلاَّ الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ

“Maka apakah mereka merasa aman dari makar Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dan makar Allah kecuali orang-orang yang merugi.”  [Al-A’raf: 99]

Syaikh Muhammad bin Abdul Aziz Al-Qor’awi menjelaskan,

مكر الله: هو استدراج العاصي بالنعم… حيث إنهم لم يُقدِّروا الله حق قدره، ولم يخشوا استدراجه لهم بالنعم وهم مقيمون على معصيته حتى نزل بهم سخط الله، وحلت بهم نقمته

“Makar Allah adalah istidraj bagi pelaku maksiat dengan memberikan kenikmatan/kebahagiaan… mereka tidak memuliakan Allah sesuai dengan hak-Nya. Mereka  tidak merasa khawatir (tenang-tenang saja) dengan istidraj [jebakan] kenikmatan-kenikmatan bagi mereka, padahal mereka terus-menerus berada dalam kemaksiatan sehingga turunlah bagi mereka murka Allah dan menimpa mereka azab dari Allah.”[5]

Semoga kita selalu bahagia dengan TAUHID dan manisnya iman



Penyusun: Raehanul Bahraen

Artikel www.muslimafiyah.com



[1] Matan Qowa’idul Arba’

[2] HR. Bukhari dan Muslim

[3]  Allah Berfirman:

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Demi masa. Sesungguhya setiap manusia benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, melakukan segala amal shaleh dan saling nasehat-menasehati untuk (menegakkan) yang haq, serta nasehat-menasehati untuk (berlaku) sabar.” (Surat al-‘Ashr : 1-3).

[4] Lihat Kitab Al-Ushul As-Tsalatsah karya syaikh Muhammad At-Tamimi

[5] Al-Jadid fii Syarhi Kitabit tauhid hal. 306, Maktabah As-Sawadi, cet.II, 1417 H


https://muslimafiyah.com/tiga-tanda-kebahagiaan-dalam-pelajaran-tauhid.html

__
Telegram (klik): bit.ly/muslimafiyah
Broadcast WA muslimafiyah: 0895351217650
(Simpan nomornya, Kirim Pesan via WA ا:
[Nama Lengkap-Kota-SM]
Direkap tiap hari Ahad)