Jalan ke surga hanyalah jalan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Maka jangan sampai salah jalan.

Ketika kita sedang dijalanan mungkin kita akan jumpa seorang perempuan mengenakan rok mini, kain yang menutupi bagian pahanya sejengkal diatas lutut, jelas berpakaian seperti ini terlarang secara syariat, apa yang dilakukannya mendatangkan syahwat, dan yang pasti adalah dosa mengumbar aurat didepan khalayak, dilihat banyak pasang mata lelaki yang bukan mahramnya,  tetapi yakinlah bahwa jika wanita itu ditanya "apakah anda mau masuk surga?", pastilah wanita itu menjawab dengan lugas ," iya!, saya mau masuk surga".
Seorang lelaki yang tiap malam "jajan" di sebuah lokalisasi, berzina dengan berganti-ganti wanita dan minum minuman keras tiap malam, telah banyak dosa yang dia telah perbuat, namun ketika ditanya "apakah anda mau masuk surga?", niscaya dia akan menjawab dengan tegas, " iya!, saya ingin masuk surga".
Seorang pejabat yang dirasuki syahwat ingin mengeruk kekayaan sebanyak-banyaknya dengan berbagai cara selagi dia masih punya jabatan termasuk dengan jalan korupsi, mengorbankan kepentingan banyak orang asal dirinya mendapat keuntungan, hal itu mendatangkan dosa baginya karena telah berbuat dzalim dan tidak bersikap amanah atas tanggung jawab yang diembankan pada dirinya, namun ketika di tanya "apakah anda mau masuk surga?", niscaya dia akan menjawab, " iyak!, saya ingin masuk surga".

Ketahuilah bahwa mereka dengan segala perbuatan  dosanya namun sangat menginginkan surga adalah orang yang telah tertipu bisikan iblis. Apa yang dikerjakannya dengan keinginannya masuk surga tidak ada kesesuaian, ia ingin masuk surga namun jalan yang ditempuhnya sedang mengarah ke neraka. Ibarat ada seseorang berencana pergi ke Bukittinggi namun ketika dipersimpangan jalan, ada penunjuk arah kekanan ke Pekanbaru dan jalan kekiri ke Bukittinggi, justru dia ambil jalan ke kanan, ketika di perjalanan ditanya oleh orang lain,"anda mau pergi kemana?," lalu dia menjawab "saya akan pergi ke Bukittinggi", padahal dia sedang berjalan menuju ke Pekanbaru, artinya keinginan dengan perbuatan yang dilakukannya tidak sesuai.
Ketahuilah jika anda ingin menuju ke surga maka ikuti jalan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, karena hanya beliaulah yang paling tau jalan ke surga, sementara jalan-jalan yang menyelisihi adalah jalan kesesatan.
Waallahua'lam.

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata:

خَطَّ لَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا بِيَدِهِ ثُمَّ قَالَ: هَذَا سَبِيْلُ اللهِ مُسْتَقِيْمًا وَخَطَّ خُطُوْطًا عَنْ يَمِيْنِهِ وَشِمَالِهِ، ثُمَّ قَالَ: هَذِهِ سُبُلٌ (مُتَفَرِّقَةٌ) لَيْسَ مِنْهَا سَبِيْلٌ إِلاَّ عَلَيْهِ شَيْطَانٌ يَدْعُوْ إِلَيْهِ، ثُمَّ قَرَأَ قَوْلَهُ تَعَالَى

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat garis dengan tangannya kemudian bersabda: ‘Ini jalan Allah yang lurus.’ Lalu beliau membuat garis-garis di kanan kirinya, kemudian bersabda: ‘Ini adalah jalan-jalan yang bercerai-berai (sesat) tak satu pun dari jalan-jalan ini kecuali di dalamnya terdapat syaitan yang menyeru kepadanya.’ Selanjutnya beliau membaca firman Allah Jalla wa ’Ala: ‘Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan oleh Allah kepadamu agar kamu bertaqwa.’” [Al-An’aam: 153]( Hadits shahih riwayat Ahmad (I/435, 465), ad-Darimy (I/67-68), al-Hakim (II/318), Syarhus Sunnah oleh Imam al-Baghawy (no. 97), dihasankan oleh Syaikh al-Albany dalam as-Sunnah libni Abi Ashim (no. 17), Tafsir an-Nasaa’i (no. 194). Adapun tambahan (mutafarriqatun) diriwayatkan oleh Imam Ahmad (I/435).)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Artinya : Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahan-nam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” [An-Nisaa’: 115]

Dikutip dari

Ustadz Maududi Abdullah Lc.,
 Referensi dr Al manhaj.Com

No comments:

Post a Comment